1 research outputs found

    Biogeografi dan Sistematika Ular Surapari Calamaria (Serpentes: Colubridae) Pada Dataran Tinggi Jawa dan Sumatera

    Get PDF
    Calamaria adalah genus ular yang dalam bahasa Indonesia disebut ular surapari. Genus ini merupakan salah satu anggota anak famili Calamariinae dan termasuk dalam famili Colubridae. Penyebaran diketahui berasal dari daerah tropis Asia dengan sebaran terbatas hanya pada kawasan zoogeografi Oriental. Jumlah Calamaria saat ini diketahui sebanyak 61 spesies, dimana 42 spesies atau lebih dari separuhnya terdapat di Indonesia dengan 26 spesies diantaranya merupakan endemik. Di Indonesia penyebaran Calamaria meliputi wilayah Sunda Besar (Sumatera, Jawa dan Kalimantan) dan pulau-pulau kecil sekitarnya, Bali, Bangka, Belitung, Sulawesi, Banggai, Buton, dan Seram. Sejak, genus Calamaria ditulis secara komprehensif mengenai sistematika dan evolusi oleh Inger dan Marx pada tahun 1965, penelitian tentang keragaman spesiesnya di kepulauan Indonesia masih belum banyak informasi. Publikasi ilmiah sebelumnya hanya mengungkapkan untuk menjadi spesies baru Calamaria di daerah tertentu dan tidak ada penelitian untuk membandingkan antar spesies berdasarkan hubungan filogenetik. Deskripsi spesies Calamaria juga masih menjadi masalah dalam hal identitas secara taksonomi. Kondisi ini terutama disebabkan homogenitas pada kelompok kriptik spesies. Penelitian mengenai biogeografi dan sistematika Calamaria pada dasarnya menggunakan metode deskriptif dengan tujuan untuk dapat menggambarkan karakteristik populasi Calamaria yang berasal dari dataran tinggi Jawa dan Sumatera. Metode ini diaplikasikan melalui pengukuran karakter tubuh baik secara morfometrik maupun meristik sebagai upaya untuk mengidentifikasi dalam pengenalan jenisnya. Uji molekuler dilakukan dengan metode amplifikasi DNA dan sekuensing untuk menganalisis hubungan antar spesies Calamaria dari berbagai lokasi penelitian. Konsep biogeografi pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wilayah sebaran spesies Calamaria dalam kaitannya dengan hubungan filogenetik. Penelitian ini menjadi penting dilakukan bukan saja dari sisi sistematika tetapi juga kemungkinan dapat bermanfaat sebagai salah satu faktor bioindikator yang berperan terhadap kualitas tanah suatu ekosistem dimasa mendatang. Penelitian dilakukan pada habitat beberapa dataran tinggi di Jawa dan Sumatera dengan ketinggian bervariasi antara 600-1600 m dpl, mulai dari tahun 2013 (Februari, Juni dan Desember), 2014 (Januari), dan 2015 (Juli dan Agustus). Daerah penelitian mencakup hingga 32 lokasi pada 20 kabupaten dan 7 propinsi. Lokasi yang ditargetkan sebelumnya diamati dan diperiksa berdasarkan peta lanskap dan survei awal untuk mengetahui situasi dan akses ke area yang akan disurvei. Setiap Calamaria yang ditemukan dicatat dengan nomor seri spesimen, lokasi yang ditemukan, koordinat, ketinggian dari permukaan laut, kolektor, dan tanggal. Dokumentasi spesimen dengan memotret bagian-bagian tubuh dari setiap individu Calamaria dalam kondisi segar atau hidup yang bertujuan untuk mengetahui dengan jelas perbedaan pola warna dan karakteristiknya. Data morfologi spesimen dilakukan melalui pengukuran morfometrik pada tubuh dan penghitungan meristik untuk setiap sisiknya. Karakterisasi morfologi dari setiap individu yang diidentifikasi dapat berguna sebagai data untu mengenali spesiesnya. Sampel dari jaringan otot atau hati diambil untuk keperluan penelitian secara molekuler, sebelum spesimen dilakukan pengawetan dengan larutan formaldehida. Ekstraksi DNA dari setiap sampel dilakukan dengan metode "serapure", dan diamplifikasi menggunakan alat GeneAmp®PCR System 9700. Proses sekuensing dilakukan dengan menggunakan protokol standar yang dikeluarkan oleh BigDyet Chemistry. Sekuens parsial mtND4 dari 32 spesimen Calamaria dibandingkan dengan sekuens spesies dari GenBank yaitu, Calamaria septentrionalis, dan tiga spesies sebagai outgroup taksa yaitu Grayia tholloni, Lycodon capucinus, dan Ptyas fusca. Piranti lunak MEGA 7.0 diaplikasikan untuk menyelaraskan dan mengedit sekuens secara individual dengan program Clustal W. Analisis Maximum Likehood dalam program RAxML pada portal CIPRES dilakukan untuk mengetahui estimasi rekonstruksi hubungan kekerabatan (filogenetik) antara Calamaria dan spesies outgroup yang ditunjukkan dalam bentuk pohon filogenetik (filogram). Karakterisasi yang berasal dari 32 spesimen menghasilkan 33 karakter morfologi. Karakter tersebut kemudian dipakai sebagai dasar untuk pengenalan jenis. Hasil deskripsi setiap spesimen yang teridentifikasi menjadi 6 spesies Calamaria yaitu, C. eiselti, C. margaritophora, C. sumatrana, C. schlegeli, C. lumbricoidea, dan C. linnaei. Inventarisasi selama penelitian ini telah membuktikan bahwa 3 spesies Calamaria pertama penyebaran geografinya terbatas hanya di Sumatera saja sehingga dapat diasumsikan sebagai spesies endemik. Sedangkan 3 spesies berikutnya menunjukkan wilayah penyebaran yang lebih luas baik di Jawa maupun Sumatera. Analisis deskriptif terhadap karakter morfologi pada setiap spesies Calamaria memperlihatkan adanya perbedaan antara individu jantan dan betina. Ukuran badan pada jantan lebih pendek dari pada betina tetapi berbanding terbalik dengan ukuran ekornya. Jumlah sisik ventral pada jantan lebih sedikit dari pada betina, namun jumlah sisik subcaudal jantan lebih banyak dibandingkan betina. Dengan demikian, terdapat korelasi terhadap perbandingan morfometrik maupun meristik antara jantan dan betina. Metode molekuler menggunakan mtND4 terhadap 32 spesimen Calamaria menghasilkan 616 bp sekuens parsial. Analisis filogenetik berupa pohon filogeni sebagai estimasi rekonstruksi hubungan kekerabatannya terhadap 3 spesies outgroup menunjukkan bahwa Calamaria adalah genus monofiletik. Topologi dari pohon filogeni dengan metode bootstrap yang dianalisis menggunakan maximum likelihood dan Bayesian Inference (ML; BI) menghasilkan 2 kelompok takson utama, yang memisahkan kelompok Calamaria dari Jawa dan Sumatera dengan daratan Asia (Cina Selatan dan Vietnam). Kelompok Calamaria yang berasal dari Jawa dan Sumatera pada pohon filogenetik membentuk 3 kelompok yang menempatkan C. linnaei dari Jawa berada dalam satu kelompok dengan C. eiselti dari Jambi dan C. margaritophora dari Sumatera Selatan (99%; 1.00). Kelompok C. sumatrana dari Sumatera bagian utara berada pada kelompok takson tersendiri (100%; 1.00). Sedangkan kelompok C. lumbricoidea dari Jawa dan Sumatera, dan C. schlegeli dari Jawa Timur dan Lampung walaupun didukung nilai bootstrap tidak sempurna (82%, 0.99) namun dalam satu kelompok yang sama. Hubungan genetik antara populasi kelompok spesies Calamaria di dataran tinggi Jawa dan Sumatera, secara genetik memiliki kecenderungan untuk terpisah satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh tingkat homoplasi morfologi yang tinggi, sehingga kemungkinan besar juga akan meningkatkan jumlah spesies karena munculnya spesies yang berbeda
    corecore